Ketika Startup Ayam Gagal Terbang

Bagaimana Pitik Jatuh dari Kejayaan hingga Kehancuran $59 Juta

Hilman Kamil

2/22/20252 min read

Di dunia startup, tak sedikit yang memulai dengan gebrakan besar, meraih pendanaan jutaan dolar, dan tumbuh secara agresif. Namun, tak semua bisa bertahan menghadapi realitas bisnis yang dinamis. Salah satu contoh nyata adalah Pitik, startup agritech yang digadang-gadang sebagai masa depan industri peternakan ayam di Indonesia. Dari pertumbuhan pendapatan hingga 20 kali lipat dalam setahun hingga akhirnya menyisakan kerugian besar dan tutup operasi, kisah Pitik menjadi pelajaran berharga bagi para founder startup.

Awal Perjalanan Pitik

Pitik didirikan pada 2021 oleh Arief Witjaksono dan Rymax Joehana. Dengan latar belakang yang kuat di industri peternakan dan keuangan, keduanya berambisi untuk mendigitalisasi dan meningkatkan efisiensi peternakan ayam di Indonesia.

Masalah yang Dihadapi Peternak Ayam

  • Ketidakefisienan dalam manajemen farm.

  • Biaya operasional tinggi dan fluktuatif.

  • Permintaan pasar yang tidak stabil.

Solusi yang Ditawarkan Pitik

  • Aplikasi smart farming dengan IoT untuk memonitor kondisi farm secara real-time.

  • Pendanaan untuk peternak agar bisa mengembangkan bisnis mereka.

  • Sistem pembayaran transparan yang lebih cepat dibanding distributor tradisional.

Tak butuh waktu lama, solusi ini menarik perhatian pasar dan investor. Pada Mei 2022, Pitik berhasil mengamankan pendanaan Seri A sebesar $14 juta dari Alpha JWC Ventures dan Wavemaker Partners. Dengan strategi ekspansi agresif, Pitik meluaskan operasinya ke berbagai daerah, memasang 500 sistem IoT di seluruh Pulau Jawa, dan mencatatkan pertumbuhan pendapatan luar biasa dari $600 ribu ke $12,2 juta hanya dalam satu tahun.

Dari Puncak Kejayaan ke Jurang Kehancuran

Namun, kesuksesan ini tak bertahan lama. Hanya dalam waktu setahun, Pitik mulai menghadapi berbagai tantangan yang mengguncang operasionalnya.

Beberapa Faktor yang Menyebabkan Pitik Runtuh

  1. Terlalu Bergantung pada Pendanaan Investor

    • Pitik melakukan ekspansi besar-besaran dengan harapan mendapatkan lebih banyak pendanaan di masa depan.

    • Ketika ekonomi memburuk di awal 2023, rencana ekspansi ke Sumatra terpaksa ditunda.

    • Saat gagal mendapatkan tambahan pendanaan $10 juta, perusahaan mulai kehabisan modal untuk menopang operasionalnya.

  2. Gagal Beradaptasi dengan Kondisi Pasar

    • Industri unggas di Indonesia mengalami fluktuasi permintaan yang tinggi.

    • Harga pakan melonjak akibat krisis Ukraina, sementara kenaikan harga BBM pada Oktober 2022 memperparah situasi.

    • Pitik yang terlalu optimis dengan pertumbuhan gagal mengantisipasi guncangan pasar ini.

  3. Pembakaran Uang yang Tidak Terkendali

    • Pitik melakukan rekrutmen besar-besaran dan menggaji karyawan di atas standar pasar.

    • Ketika kondisi memburuk, perusahaan terlalu besar untuk bertahan, mengakibatkan gelombang PHK massal.

Momen-Momen Kritis Pitik

📌 Februari 2023 - Rencana ekspansi ke Sumatra dibatalkan karena kondisi ekonomi memburuk.
📌 Desember 2023 - Laporan keuangan menunjukkan kerugian $6,52 juta dengan pendapatan $0.
📌 Februari 2024 - Pitik melakukan PHK besar-besaran, memecat lebih dari setengah karyawan.
📌 April 2024 - Operation resmi berhenti, website tak dapat diakses, dan akun media sosial tak lagi aktif.
📌 Juli 2024 - Pitik resmi dinyatakan bangkrut.

Pelajaran Berharga dari Jatuhnya Pitik

Kegagalan Pitik bukan hanya tentang kejatuhan satu startup, tetapi juga refleksi bagi banyak founder dalam membangun bisnis berkelanjutan. Berikut beberapa pelajaran yang bisa dipetik:

1. Optimis untuk Jangka Panjang, tetapi Pesimis dalam Jangka Pendek

  • Penting memiliki visi besar, tetapi tetap harus mempertimbangkan skenario terburuk dalam jangka pendek.

  • Selalu siapkan dana cadangan minimal 6-12 bulan operasional untuk menghadapi kondisi tak terduga.

2. Bangun Bisnis yang Berkelanjutan, Bukan Hanya Mesin Fundraising

  • Pendanaan memang membantu pertumbuhan, tetapi bisnis harus bisa berjalan tanpa terus-menerus bergantung pada investor.

  • Fokus pada profitabilitas lebih awal agar tidak hanya mengandalkan suntikan dana eksternal.

3. Adaptasi Cepat terhadap Perubahan Pasar

  • Bisnis yang tidak fleksibel akan sulit bertahan.

  • Memantau tren pasar dan memahami pelanggan secara mendalam sangat penting untuk membuat keputusan strategis yang tepat

Kesimpulan

Pitik adalah contoh nyata bagaimana pertumbuhan yang terlalu cepat tanpa fondasi yang kuat dapat berujung pada kehancuran. Startup bukan hanya tentang ekspansi dan mendapatkan pendanaan besar, tetapi juga tentang membangun bisnis yang berkelanjutan, adaptif, dan siap menghadapi tantangan.

Para founder perlu belajar dari kisah ini agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Karena dalam dunia startup, bukan yang paling cepat yang menang, tetapi yang paling adaptif dan tahan banting. 🚀