Overpromised, underlivered, Arevo bike to meltdown
Dimana yang dijanjikan tidak sesuai aktual
3/12/20252 min read


Overpromised, Underdelivered: Kisah Kegagalan Startup Arevo
Di dunia startup, janji besar sering kali menjadi senjata utama untuk menarik perhatian investor dan konsumen. Namun, tanpa eksekusi yang tepat, janji tersebut bisa menjadi bumerang yang menghancurkan bisnis. Salah satu contoh nyata adalah Arevo, startup berbasis teknologi 3D printing yang gagal memenuhi ekspektasi setelah mengumpulkan pendanaan hingga $85 juta.
🚀 Rise of Arevo: Janji Revolusi di Industri Sepeda
Didirikan pada tahun 2013 oleh Sonny Vu dan Le Diep Kieu Trang (mantan CEO Facebook Vietnam), Arevo muncul dengan ambisi besar: merevolusi industri sepeda dengan teknologi 3D printing berbasis karbon fiber.
🔥 Masalah yang Mereka Incar:
• Kurangnya kustomisasi & daya tahan dalam sepeda tradisional.
💡 Solusi yang Ditawarkan:
• Superstrata, sepeda 3D-printed berbahan karbon fiber yang diklaim lebih kuat, ringan, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengendara.
• Teknologi Direct Energy Deposition (DED) yang memungkinkan produksi tanpa cetakan mahal dan proses panjang.
Ambisi ini menarik banyak perhatian, dan pada tahun 2020, Arevo meluncurkan kampanye crowdfunding di Indiegogo, yang berhasil mengumpulkan $7,1 juta dari 4.493 backers—72 kali lipat dari target awal!
Investor pun berbondong-bondong masuk. Arevo mengamankan pendanaan dari GGV Capital, Khosla Ventures, dan Defy, serta mendirikan fasilitas produksi di Vietnam untuk mempercepat skala produksi.
Namun, kesuksesan awal ini hanya bertahan sebentar…
📉 Fall of Arevo: Kegagalan dalam Eksekusi
Setelah hype besar dari kampanye crowdfunding, realitas mulai berbicara.
1️⃣ Pengiriman Terlambat & Kualitas Buruk
Banyak backers yang kecewa karena produk datang terlambat berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Saat akhirnya menerima sepeda mereka, kualitasnya jauh dari ekspektasi:
• Terlalu berat untuk sepeda karbon fiber.
• Terlalu kaku, tidak nyaman untuk dikendarai.
• Perakitan buruk, dengan banyak laporan cacat produksi.
2️⃣ Salah Kelola Supply Chain
Pandemi COVID-19 memperparah keadaan dengan menghambat produksi di Vietnam. Namun, Arevo juga gagal dalam manajemen rantai pasoknya sendiri, dengan biaya produksi yang lebih tinggi dari yang diperkirakan.
3️⃣ Tuntutan Hukum & Kebangkrutan
• 2023: Arevo menutup fasilitas manufakturnya di Vietnam akibat kerugian finansial.
• 2024: Menghadapi gugatan dari pelanggan yang meminta refund serta tagihan tak terbayar sebesar $250,000 ke pemasok di Ho Chi Minh City.
• 2025: Stratasys Ltd. mengakuisisi teknologi Arevo, tetapi perusahaan itu sendiri gulung tikar.
⚠️ 2 Kesalahan Fatal Arevo
1️⃣ Overpromised, Underdelivered
Arevo menjual mimpi sepeda karbon fiber 3D yang revolusioner, tetapi gagal mengubah janji menjadi kenyataan. Hype besar tanpa eksekusi yang solid berujung pada kekecewaan pelanggan.
💡 Lesson:
• Jangan menjanjikan sesuatu yang belum bisa kamu pastikan.
• Lakukan uji coba produk dengan baik sebelum menjual ke publik.
• Transparan dengan pelanggan, jangan ghosting mereka saat ada masalah.
2️⃣ Kurangnya Domain Expertise
Arevo punya teknologi 3D printing yang hebat, tetapi mereka bukan ahli di industri sepeda. Tanpa pengalaman di industri tersebut, mereka gagal memahami standar produksi dan kenyamanan berkendara.
💡 Lesson:
• Jika masuk ke industri baru, gandeng partner atau expert di bidang tersebut.
• Fokus pada satu model bisnis dulu (B2C atau B2B), jangan mencoba dua-duanya sebelum berhasil.
🧠 Pelajaran dari Kegagalan Arevo
✅ Quality > Hype → Jangan hanya fokus menarik perhatian, pastikan produk benar-benar bisa deliver.
✅ Pastikan kamu punya keahlian di industri yang kamu masuki → Jika tidak, cari orang yang punya.
✅ Bisnis model harus sesuai dengan kemampuan eksekusi → Jangan terlalu ambisius tanpa fondasi yang kuat.
🚀 Kesimpulan: Hype Tidak Bisa Menyelamatkan Bisnis
Kisah Arevo menunjukkan bahwa inovasi tanpa eksekusi yang baik adalah resep untuk kegagalan. Dalam dunia startup, kecepatan itu penting, tapi keandalan dan kualitas lebih penting lagi.
Bagi para founder yang ingin membangun startup berbasis teknologi, ingatlah satu hal: janji besar hanya berarti jika bisa ditepati.
